Powered By Blogger

Jumat, 11 November 2011

Jurnal Mikrobiologi

Jurnal Biogenesis Vol. 2(1):30-35, 2005
© Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau
ISSN : 1829-5460

 30
ANALISIS MIKROBIOLOGI
PRODUK IKAN KALENG (Sardines) KEMASAN
DALAM LIMIT WAKTU TERTENTU (EXPIRE)

Sri Wulandari*)
, Irda Sayuti, dan Asnaini
Laboratorium Botani Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau Pekanbaru

Diterima 23 Mei 2005, Disetujui 5 Juni 2005

ABSTRACT

  Have been research in Biological Laboratory of FKIP UNRI during September 2004 until Januari 2005
with aim to know proteolitik bacterium content, anaerobik, aerobik and coliform at  Sardines tidiness of expire
2003, 2004 and 2007 as comparator. Step do research step consist of (1) intake of sampel with surveyed, (2)
making of media : Skim Milk Agar, Thioglicollate, Nutrien Broth, Laktosa Broth and Nutrien Agar, (3) grow
breeding in every media 3 times restating. Perception parameter is the existence of proteolitik bacterium group,
anaerobik, aerobik and coliform, full scale of every bacterium group and full scale of bacterium. The result of
perception descriptively analisysed. Result of research indicate that there are  proteolitik bacterium group,
anaerobik, aerobik and coliform at Sardines tidiness of expire 2003, 2004 and 2007. Full scale of every bacterium
group at expire 2003 proteolitik bacterium, anaerobik and coliform more compared to expire 2004 and 2007 that is
1.2 x 108
 cell/gr, 2.96 x 108
 cell/gr and 1200 cell/100gr, while aerobik bacterium slimmer to compared of expire
2004 that is 3.8 x 104
 cell/gr. Full scale of bacterium at expire 2003 more compared to expire 2004 and 2007 that is
3.15 x 108
 cell/gr. Longer depository time (expire 2003 and 2004) showing the amount of bacterium which more
compared to 2007 that is progressively a little.

Key word : Expire, proteolitik bacterium, anaerobik, aerobik and coliform

PENDAHULUAN

Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang
banyak dimanfaatkan oleh manusia karena
beberapa kelebihannya,  antara lain merupakan
sumber protein hewani yang sangat potensial
karena pada daging ikan dapat dijumpai senyawa
yang sangat penting bagi manusia yaitu
karbohidrat, lemak, protein, garam-garam mineral
dan vitamin (Buckle  et al,1985; Rahayu, 1992).
Kandungan zat-zat gizi tersebut menyebabkan ikan
sangat diminati oleh masyarakat sehingga
kebutuhan ikan semakin meningkat dengan
berjalannya waktu. Di pasaran, ikan tidak hanya
ditemukan dalam keadaan segar tetapi juga
ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam
bentuk kaleng maupun plastik, hal ini akan
memberikan   kemudahan   bagi    para    konsumen

*) Komunikasi Penulis :
Laboratorium Pendidikan Biologi
PMIPA FKIP Universitas Riau

dalam pengolahannya. Salah satu produk industri
ikan yang banyak ditemukan di pasaran adalah
ikan kaleng (Sardines) kemasan, yang
komposisinya terdiri dari ikan, pasta tomat, saus
pepaya, garam dan pengawet. Ikan yang
digunakan untuk produk ikan kaleng (Sardines)
kemasan ini ada bermacam-macam antara lain ikan
Sarden, ikan Tuna, ikan Kembung, ikan Kakap dan
ikan Salam.
Moeljanto (1990) menyatakan lemak merupakan
salah satu komponen yang menyebabkan rasa enak.
Ikan yang cocok diolah dengan pengalengan adalah
ikan yang memiliki kadar lemak tinggi yaitu 10-15%. Produk industri ikan (Sardines) mempunyai
limit waktu tertentu untuk dapat dikonsumsi, jika
melebihi limit waktu yang telah ditentukan bakteri
dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga
makanan tersebut tidak layak lagi dikonsumsi
karena telah mengandung banyak bakteri yang
dapat membahayakan bagi konsumen. Menurut
Supardi (1999) bahwa makanan yang dikemas
mempunyai limit waktu tertentu untuk dapat
Wulandari, Sayuti dan Asnaini : Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng Kemasan
  31
dikonsumsi, jika limit waktu yang telah ditentukan
sudah habis (expire) maka makanan tersebut tidak
layak lagi dikonsumsi, hal ini disebabkan bahan
makanan dapat digunakan sebagai media tumbuh
mikroorganisme.
Menurut Fardiaz (1993) bahwa bahan makanan
dalam bentuk kemasan yang sudah expire dan
belum expire perlu dilakukan analisis mikrobiologi
untuk mengetahui bahan makanan tersebut apakah
masih layak dikonsumsi atau tidak. Analisis secara
mikrobiologi terhadap ikan kaleng (Sardines)
kemasan dalam limit waktu tertentu meliputi : 1)
Uji bakteri perusak untuk mengetahui adanya
bakteri proteolitik, 2) Uji bakteri anaerobik untuk
mengetahui adanya bakteri anaerobik, 3) Uji
bakteri aerobik untuk mengetahui adanya bakteri
aerobik, dan 4) Uji bakteri Coliform.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dari
bulan September tahun 2004 sampai Januari 2005
di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah ikan kaleng  (sardines) kemasan expire
tahun 2003, tahun 2004 dan tahun 2007 sebagai
pembanding, Medium Skim Milk Agar yang terdiri
dari susu skim milk sebanyak 100 gr ditambah agar
14 gr dan ditambah air destilasi 1000 ml.
Thioglycollate Medium sebanyak 29,8 gr ditambah
air destilasi 1000 ml, Nutrien Broth yang terdiri
dari Beef ekstrak 3 gr, pepton 10 gr, NaCl 5 gr dan
air destilasi 1000 ml, Medium Kaldu laktosa yang
terdiri dari Laktosa 5 gr, pepton 10 gr, NaCl 5 gr
dan air destilasi 1000 ml. Nutrien Agar yang terdiri
dari Beef ekstrak 3 gr, pepton 10 gr, NaCl 5 gr,
agar 15 gr dan air destilasi 1000 ml. Masing-masing medium dimasak sampai homogen dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, setelah itu
disterilisasi dalam autoclave pada suhu 1210
C
dengan tekanan 15 lbs selama 15 menit.
Alat-alat yang digunakan adalah botol sampel,
autoclave, pipet tetes, tabung reaksi, cawan petri,
gelas ukur, erlenmeyer, inkubator, gelas piala,
batang gelas pengaduk, timbangan, tabung durham
dan coloni counter.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei. Sampel yang digunakan
adalah ikan kaleng  (Sardines)  kemasan expire
tahun 2003, tahun 2004 dan tahun 2007 sebagai
pembanding yang didapatkan dari tempat-tempat
perbelanjaan yang terdapat di Pekanbaru. Sampel
dianalisis secara mikrobiologi untuk mengetahui
kandungan bakteri di Laboratorium.
Ketiga sampel masing-masing ditimbang
sebanyak 50 gr ditambah air destilasi 50 ml
kemudian dihomogenkan untuk mendapatkan
kelompok bakteri proteolitik, anaerobik, aerobik
dan coliform.
 
Pengujian kelompok bakteri proteolitik,
anaerobik, aerobik dan coliform
Untuk mendapatkan bakteri proteolitik sampel
diinokulasikan sebanyak 1 ml ke dalam cawan
petri yang sudah berisi medium Skim Milk Agar
(10 ml), indikasi adanya bakteri proteolitik ditandai
dengan terbentuknya areal bening disekitar bakteri.
Untuk mendapatkan bakteri anaerobik sampel
diinokulasikan sebanyak 1 ml ke dalam cawan
petri yang sudah berisi medium Thioglycollate (15
ml), setelah itu bagian atasnya dilapisi Nutrien
Agar untuk menjaga kondisi anaerobik, indikasi
adanya bakteri anaerobik ditandai dengan
timbulnya kekeruhan tanpa atau dengan
pembentukan gas, pembentukan gas ditandai
dengan terangkatnya lapisan Nutrien Agar (10 ml)
ke atas. Untuk mendapatkan bakteri aerobik
sampel diinokulasikan sebanyak 1 ml ke dalam
tabung reaksi yang sudah berisi medium Nutrien
broth (10 ml), indikasi adanya bakteri aerobik
ditandai dengan timbulnya kekeruhan dan untuk
mendapatkan bakteri coliform sampel
diinokulasikan sebanyak 1 ml ke dalam tabung
reaksi yang sudah berisi tabung durham dan
medium Kaldu laktosa (10 ml), indikasi adanya
bakteri coliform ditandai dengan terbentuknya gas
dan asam yang berarti hasilnya positif, gas dapat
dilihat dalam tabung durham berupa gelembung
udara dan asam dilihat dari kekeruhan. Semua
sampel yang sudah diinokulasikan pada masing-masing medium kemudian diinkubasikan dalam
inkubator dengan suhu 280
C selama 2 x 24 jam
(Fardiaz, 1993).  


Wulandari, Sayuti dan Asnaini : Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng Kemasan

 32
Menumbuhkan kultur bakteri untuk
penghitungan jumlah total bakteri
Dalam penghitungan jumlah total bakteri, metode
yang digunakan adalah metode pengenceran cawan
tuang. Pengenceran dilakukan dari 10-1
 sampai 10-6
. Untuk mendapatkan pengenceran 10-1
 diambil 1
ml stok sampel dicampur dengan 9 ml aquades.
Untuk mendapatkan pengenceran 10-2
 diambil 1 ml
dari masing-masing pengenceran  10-1
 dan
seterusnya sehingga mendapatkan pengenceran 10-6
. Selanjutnya pengenceran 10-2
 sampai 10-6

dimasukkan kedalam cawan petri yang telah diisi
dengan medium Nutrien agar, dan diinkubasi
selama 2 x 24 jam dengan suhu 280
C di dalam
inkubator, setelah koloni tumbuh dihitung dengan
coloni counter (Fardiaz, 1993).

Jumlah total bakteri masing-masing kelompok
bakteri
Dalam penghitungan jumlah total dari masing-
masing bakteri, metode yang digunakan adalah
metode pengenceran cawan tuang. Dengan cara
yaitu pengenceran dilakukan dari 10-1
 sampai 10-6
.
Untuk mendapatkan pengenceran 10-1
 diambil 1 ml
stok sampel dicampur dengan 9 ml aquades. Untuk
mendapatkan pengenceran 10-2
 diambil 1 ml dari
masing- masing pengenceran  10-1
 dan seterusnya
sehingga mendapatkan pengenceran 10-6
.
Selanjutnya untuk menghitung jumlah total bakteri
proteolitik pengenceran 10-2
 sampai 10-6

dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diisi
dengan medium Skim Milk Agar. Untuk
menghitung jumlah total bakteri anaerobik diambil
pengenceran 10-2
 sampai 10-6
 dimasukkan kedalam
cawan petri yang telah diisi dengan medium
Thioglycollate. Untuk menghitung jumlah total
bakteri aerobik diambil pengenceran 10-2
 sampai
10-6
 dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah
diisi dengan medium Nutrien broth. Kemudian
diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 280
C di
dalam inkubator, setelah koloni tumbuh dihitung
dengan coloni counter (Fardiaz, 1993).
Pertumbuhan bakteri dianggap baik apabila
jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300
koloni. Jika tidak ada yang memenuhi syarat maka
akan dipilih jumlah yang mendekati 30 atau 300
koloni per cawan petri (Cappucino and Sherman,
1987).
Adapun parameter yang diamati dalam penelitian
ini adalah :
1.  Kelompok bakteri perusak (proteolitik),
anaerobik, aerobik dan Coliform pada ikan
kaleng  (sardines) kemasan yang sudah expire
(tahun 2003 dan 2004) dan belum expire yang
digunakan untuk kontrol (tahun 2007).
2.  Jumlah total masing-masing kelompok bakteri
(proteolitik, anaerobik, aerobik dan Coliform).
3.  Total count bakteri.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan
mengamati ada tidaknya kelompok bakteri
(proteolitik, anaerobik, aerobik dan coliform) pada
ikan kaleng  (Sardines) kemasan expire  tahun
2003, tahun 2004 dan tahun 2007 sebagai
pembanding, serta menghitung jumlah total bakteri
masing-masing kelompok bakteri dan jumlah
bakteri.
Menurut Cappucino and Sherman (1987) nilai
jumlah bakteri dapat dihitung dengan rumus:



 Menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan (1992) standar mutu makanan layak
dikonsumsi apabila :
-  Jumlah total bakteri (TPC) maksimal 5 x
105
-  Jumlah Coliform maksimal 102
 per gram
Menurut Suriawiria (1993) untuk penentuan
jumlah sel yang sebenarnya dari hasil nilai JPT/100
ml maka digunakan rumus :


HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Ada Tidaknya Bakteri pada Ikan Kaleng
Kemasan dalam Limit Waktu Tertentu
Hasil analisis mikrobiologi terhadap ikan kaleng
(Sardines) kemasan expire tahun 2003, tahun 2004
dan tahun 2007 sebagai pembanding menunjukkan
terdapatnya bakteri proteolitik, anaerobik, aerobik
dan coliform seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Dari hasil analisis mikrobiologi terhadap ikan
kaleng (Sardines) kemasan dalam limit waktu
tertentu yaitu expire (tahun 2003 dan tahun 2004)
dan kemasan yang digunakan untuk kontrol (tahun
           1
Nilai Jumlah Bakteri = Jumlah Koloni x    
                 Jumlah Pengenceran
  10
Nilai JPT      x                                            
                   Volume tes terbesar
Wulandari, Sayuti dan Asnaini : Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng Kemasan
  33
Tabel 1. Hasil analisis mikrobiologi terhadap ikan kaleng (Sardines)
kemasan dalam limit waktu tertentu
Indikator yang diuji
Perlakuan  Bakteri
proteolitik
Bakteri
anaerobik
Bakteri
aerobik
Bakteri
Coliform
Sardines expire 2003
Sardines expire 2004
Sardines expire 2007
+++
++
+
++++
+++
+
++
+
++++
+++
+
Ket : ++++ = sangat banyak, +++  = banyak, ++ = sedang, + = sedikit
2007) didapatkan bakteri proteolitik, anaerobik,
aerobik dan coliform. Jika dilihat secara kualitatif,
kandungan bakteri yang terdapat pada ikan kaleng
tersebut ada yang tergolong sangat banyak (++++),
banyak (+++), sedang (++) dan sedikit (+).  
Kandungan bakteri yang banyak umumnya
terdapat pada ikan kaleng (Sardines) kemasan
expire tahun 2003 dan 2004 sedangkan kandungan
bakteri yang tergolong sedikit umumnya terdapat
pada ikan kaleng (Sardines) kemasan expire tahun
2007. Banyaknya kandungan bakteri yang terdapat
pada ikan kaleng (Sardines) kemasan expire tahun
2003 dan kemasan expire tahun 2004 disebabkan
karena batas waktu untuk dikonsumsi ikan tersebut
sudah lewat dari yang telah ditetapkan, sehingga
kadar zat-zat gizi yang terkandung dalam ikan
tersebut menjadi menurun dan kadar air menjadi
semakin meningkat yang menyebabkan ikan
tersebut menjadi lunak dan busuk sehingga bakteri
dapat tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan
pernyataan Muljanah (1986) bahwa kadar air
merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi daya tahan suatu bahan pangan.
Makin rendah kadar air, maka makin lambat
pertumbuhan mikroorganisme sehingga bahan
pangan dapat tahan lama untuk disimpan.
Sebaliknya makin tinggi kadar air, makin cepat
pertumbuhan mikroorganisme untuk berkembang
biak dan proses pembusukan berlangsung lebih
cepat karena terjadinya proses metabolisme.
Pada ikan kaleng (Sardines) kemasan tahun 2007
didapatkan kandungan bakteri yang umumnya
sedikit sekali, hal ini disebabkan karena pada saat
pengemasan ikan kaleng tersebut sudah mengalami
proses pemanasan dan sterilisasi sehingga tidak
membahayakan bagi konsumen.

Jumlah Total Count Bakteri
Hasil perhitungan total count bakteri yang
terdapat pada ikan kaleng (Sardines) kemasan
dalam limit waktu tertentu dapat
dilihat pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
jumlah total bakteri pada ikan kaleng
(Sardines) kemasan expire tahun 2003
lebih banyak dibandingkan expire
tahun 2004 dan 2007 yaitu 3,15 x 108

sel/gr. Sedangkan jumlah total bakteri
yang terendah didapatkan pada sampel
ikan kaleng (Sardines) kemasan tahun 2007 yaitu
1,2 x 104
 sel/gr.

Tabel 2. Jumlah total count bakteri yang terdapat pada ikan
kaleng (Sardines) kemasan dalam limit waktu
tertentu
Perlakuan  Total Count bakteri sel/gr
Sardines expire 2003
Sardines expire 2004
Sardines expire 2007
3,15 x 108

1,95 x 108
1,2 x 104

Banyaknya total count bakteri yang terdapat pada
sampel ikan kaleng (Sardines) kemasan expire
tahun 2003 dan ikan kaleng (Sardines) kemasan
expire tahun 2004 ini dikarenakan bahan yang
terkandung di dalam ikan tersebut hampir semua
digunakan untuk media tumbuh dan berkembang
bagi bakteri, sehingga jumlah total bakteri semakin
meningkat seiring dengan lamanya waktu simpan.
Disamping itu tekstur dan struk dari ikan kaleng
tersebut sudah mengalami perubahan baik fisik
maupun kimia, hal ini ditandai dengan terjadinya
peningkatan kadar air dan terjadinya perubahan pH
dan perubahan fisik dapat dilihat dari teksturnya
yang lunak dan berbau. Terjadinya perubahan ini
dikarenakan adanya aktifitas dari bakteri dan
proses metabolisme berlangsung dengan cepat
yang disebabkan karena bakteri mendapatkan
nutrien dan kondisi yang mendukung untuk
tumbuh dan berkembang pada ikan kaleng
(Sardines) kemasan tersebut. Hal ini sesuai dengan
penyataan Fardiaz (1992) bahwa bila terdapat
jumlah nutrien di dalam media maka akan terjadi
pertumbuhan bakteri secara maksimal dan kurva
pertumbuhannya meningkat. Sedangkan total count
bakteri yang terdapat pada ikan kaleng (Sardines)
kemasan kontrol 2007 sedikit, hal ini dikarenakan
pada waktu pengemasan sudah dilakukan beberapa
proses pemanasan dan sterilisasi sehingga sampel
dapat dikonsumsi dan tidak membahayakan bagi
konsumen.
Wulandari, Sayuti dan Asnaini : Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng Kemasan

 34
Tabel 3. Jumlah total masing- masing kelompok bakteri yang terdapat
pada ikan kaleng (Sardines) kemasan dalam limit waktu
tertentu
Jumlah Total bakteri (sel/gr)
 Perlakuan
Proteolitik Anaerobik Aerobik
Coliform/100gr
Sampel expire 2003
Sampel expire 2004
Sampel expire 2007
1,2 x 108
1,1 x 107

2,2 x 104

2,96 x 108

2,86 x 108

1,1x 104

3,8 x104
9,8 x 104
7 x 103
1,2 x 103
1,1 x 103
7,2 x 101
Jumlah total kelompok bakteri yang terdapat
pada ikan kaleng kemasan
Hasil perhitungan jumlah total bakteri masing-masing kelompok bakteri yang terdapat pada ikan
kaleng (Sardines) kemasan dalam limit waktu
tertentu disajikan pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 terlihat bahwa masing-masing
bakteri yaitu bakteri proteolitik, anaerobik, aerobik
dan Coliform pada ikan kaleng (Sardines) kemasan
expire tahun 2003 dan 2004 tergolong banyak
sedangkan pada ikan kaleng (Sardines) kemasan
tahun 2007 jumlah total bakterinya tergolong
sedikit.
Banyaknya jumlah total bakteri proteolitik pada
ikan kaleng (Sardines) kemasan expire tahun 2003
dan 2004 disebabkan masa simpannya yang sudah
terlalu lama sehingga kandungan zat-zat gizi dari
ikan tersebut semakin menurun. Salah satu zat gizi
yang banyak terkandung di dalam ikan adalah
protein. Protein tersebut dapat diuraikan oleh
bakteri proteolitik dan dari hasil penguraiannya
melepaskan air sehingga proses metabolisme akan
berlangsung dengan cepat dan pertumbuhan bakteri
akan semakin meningkat yang menyebabkan ikan
kaleng tersebut menjadi lunak dan busuk.
Banyaknya jumlah total bakteri anaerobik yang
terdapat pada ikan kaleng (Sardines) kemasan
expire tahun 2003 dan 2004 juga disebabkan
karena media tempat tumbuhnya yang cocok bagi
bakteri tersedia yaitu tidak mengandung oksigen.
Sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1993); Pelczar
dan Chan (1989) bahwa bakteri anaerobik dapat
tumbuh pada media yang tidak mengandung
oksigen.
Pada ikan kaleng (Sardines) kemasan expire
tahun 2003 jumlah total bakteri aerobik lebih
sedikit dibandingkan dengan expire tahun 2004,
hal ini disebabkan karena pada ikan kaleng
(Sardines) kemasan expire tahun 2003 masa
simpannya yang sudah terlalu lama sehingga
menyebabkan kandungan zat-zat gizi yang
dibutuhkan bakteri untuk tumbuh semakin sedikit
juga dipengaruhi oleh kandungan oksigen yang
terdapat pada ikan kaleng tersebut yang semakin
sedikit yang menyebabkan bakteri tidak dapat
tumbuh dengan baik. Sesuai dengan pernyataan
Fardiaz (1993); Pelczar dan Chan (1989)
bahwa bakteri aerobik dapat tumbuh pada
media yang mengandung oksigen. Selain
itu sedikitnya jumlah total bakteri yang
terdapat pada ikan kaleng (Sardienes)
kemasan expire tahun 2003 disebabkan
karena pada ikan kaleng tersebut jumlah
total bakteri anaerobik banyak sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
aerobik. Supardi (1999) menyatakan bahwa jika
pada media tumbuh terdapat banyak bakteri
anaerobik maka pertumbuhan bakteri aerobik akan
terhambat.        
Terdapatnya bakteri pada ikan kaleng (Sardines)
kemasan yang digunakan untuk kontrol (tahun
2007) tidak membahayakan karena masih di bawah
standar mutu makanan yang layak dikonsumsi
menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan (1992) yaitu dengan jumlah coliform
maksimal adalah 102
 per gram.  

KESIMPULAN

Kelompok bakteri proteolitik, anaerobik, aerobik
dan coliform ditemukan pada semua ikan kaleng
(Sardines) kemasan expire tahun 2003, tahun 2004
dan tahun 2007. Kelompok bakteri ditemukan lebih
banyak pada ikan kaleng kemasan expire tahun
2003 dan 2004, sedangkan pada ikan kaleng
kemasan expire tahun 2007 yang digunakan
sebagai pembanding ditemukan bakteri dalam
jumlah yang sedikit. Jumlah total bakteri yang
terdapat pada ikan kaleng kemasan expire tahun
2003 lebih banyak dibandingkan expire tahun 2004
dan tahun 2007. Sedangkan total bakteri pada ikan
kaleng kemasan tahun 2007 paling sedikit.
Semakin lama masa simpannya (expire tahun 2003
dan tahun 2004) menunjukkan jumlah total bakteri
semakin banyak dibandingkan tahun 2007.
Disarankan untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri patogen
yang terdapat pada ikan kaleng kemasan expire
tahun 2003, 2004 dan 2007 sebagai pembanding.
Wulandari, Sayuti dan Asnaini : Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng Kemasan
  35
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K, A.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wooton. 1985.
Ilmu Pangan.  Penerjemah Purnomo dan Adiono.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Capucino, J.G, dan N. Sherman. 1987.  Microbial A
Laboratory Manual.  The Benjamin/Cummings
Publishing Co. Inc. California.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1992.
Kumpulan Perundang-undangan di bidang Makanan
dan Minuman.  Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Fardiaz, S. 1993.  Analisis Mikrobiologi Pangan.  PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.























Moeljanto. 1992.  Pengawetan dan Pengolahan Hasil
Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Muljanah, I.H., E. Irianto dan S. Putro. 1986.  Kemunduran
Mutu Bakso Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Suhu
Rendah (50
C). Jurnal arafura Tahun 1974.  Lembaga
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Rahayu, W.P. 1992.  Teknologi Fermentasi Produk
Perikanan.  Departemen Pusat antar Universitas
Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Supardi, I dan Sukamto. 1999.  Mikrobiologi Dalam
Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni.
Bandung.
Suriawiria, U. 1993.  Mikrobiologi Air. Penerbit Alumni.
Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar